Belakangan ini banyak mekanik merancang mesin balap skubek atau skutik.
Bahkan kabar bagusnya, tahun depan ada 4 seri lagi. Untuk itu sebagai
persiapan perlu teori yang pas supaya ada panduan dan tidak salah
langkah.
Paling menarik untuk dicermati kelas 150 cc. Di Yamaha Mio harus
menggunakan piston 57 mm. Sedang stroke standar Mio y…aitu 57,9 mm.
Bagaimana menentukan ukuran klep dan karburator yang digunakan?
Dan kita panggilkan Ibnu Sambodo yang begawan 4-tak Indonesia untuk
berbagi ilmu. Menurut pria yang tinggal di Sleman, Jogja ini sebagai
permulaan katanya harus menentukan letak power di rpm berapa. Jadi,
bukannya menentukan besarnya klep dulu.
Ibnu mengambil contoh motor balap di tim Manual Tech. Peak power
sekitar di 13.000 rpm untuk kelas 110 cc. Rata-rata tim lain bermain di
12.000 rpm. Biar gampang ditentukan di 12.000 rpm saja ya, maklum di
skubek yang transmisi otomatis belum ada batasan. Juga karakter tenaga
bagusnya di gasingan bawah.
Juga mesti tahu dulu gas speed (GS) di lubang porting. Menurut
referensi dari tuner luar negeri 80 meter/detik. Untuk motor balap Ibnu,
yaitu 100-105 meter/detik. Angka ini menentukan homogenitas campuran
bensin-udara. Jika kelewat gede atau kurang dari 80 m/detik akan tidak
homogen. Lebih gampang 100 m/detik saja ya.
Selanjutnya mencari ukuran diameter inlet port. Menurut mekanik beken
disapa Pakde itu, paling gampang bisa diukur dari diameter lubang inlet
di kepala silinder yang ketemu dengan intake manifold. Untuk menentukan
besarnya bisa lihat rumus:
Diameter Piston2
Gas Speed= ————————–x Piston Speed
Diameter Inlet Port2
Piston Speed = (2 x stroke x rpm)/60.
Yamaha Mio punya stroke 57,9 mm (0,0579 meter). Pada gasingan 12.000
rpm, maka Piston Speed = (2 x 0,0579 x 12.000)/60 = 23,16 meter/detik.
Nah, dari sini bisa menghitung diameter inletnya. Yaitu:
Diameter Piston²
Diameter Inlet Port = √————————–x Piston Speed
Gas speed
0,057²
Diameter Inlet Port = √—————– x 23,16
100
Diameter Inlet Port = 0,0274 meter = 27,4 m
Nah, dari sana ketahuan bahwa diameter inlet port 27,4. Dari sini
memang rada rumit jika mau tahu ukuran diemeter klep ideal. “Harus
melalui rumus yang panjang dan perlu riset lama. Terutama tahu dulu
diagram kerja kem dan bikin pusing,” jelas Ibnu yang sarjana elektro
sekaligus mesin itu.
Diameter klep tergantung letak peak power yang dimau
Untuk itu Ibnu mau kasih rumus ringan. Katanya diameter inlet port
itu untuk ukuran motor cc kecil, yaitu 0,85 x diameter klep isap. Maka
diameter klep isap = Diameter Inlet Port/0,85 = 27,4/0,85 = 32 mm.
Klep buang lebih kecil lagi. Besarnya berkisar 0,77 sampai dengan
0,80 x diameter klep isap. Jika diambil yang paling besar yaitu 0,80 x
32 = 25,6 mm. Nah, ini dirasa sangat gede jika klep isap 32 mm dan buang
26,6 mm. Rasanya seperti sangat susah dipasang pada kepala silinder
yang hanya menggunakan piston diaemeter 57 mm.
Tapi rumus ini jika peak power kepingin berada di 12.000 rpm. Untuk
ukuran matik harusnya lebih rendah lagi. Kan transmisi otomatis (CVT)
butuh tenaga galak di putaran bawah supaya cepat melesat.
Jika tenaga bermain di gasingan 11.000 rpm klep isap 30,6 mm dan klep
buang 24,5 mm. Kalau mau lebih rendah lagi misalnya di 10.000 rpm, maka
klep isap 29,5 dan buang 23,6 atau 24 mm. Jadi, besarnya diameter klep
tergantung dari letak peak power yang dimau.
Venturi Karbu
Menentukan besarnya venturi karburator juga bisa berpatokan dari
perbandingan. Sebagai contoh diambil dari buku panduan flowbench merek
Superflow SF-110/120. Perbandingannya 0,85 x diameter klep.
Sebagai contoh seperti di atas jika diameter klep isap 32 mm. Maka
venturi karburator 32 x 0,85 = 27 mm. Namun dirasa susah mencari
karburator ukuran 27 mm. Kalau mau lebih gampang, pilih aja yang 28 mm.
Seperti Keihin PWK 28 misalnya.
Artikel diatas, ditulis cara menentukan besarnya diameter lubang
intake atau isap di skubek. Contohnya di Yamaha Mio. Tentunya harus
ditentukan dulu letak peak power di rpm berapa yang dimau.
Batang klep. Pilih yang sama dengan punya Mio biar gesekan ringan
Letak peak power atau tenaga puncak yang dimau akan menentukan
besarnya diameter lubang isap. Juga akan menentukan pemilihan diameter
payung klep dan ukuran karburator yang diterapkan.
Rupanya cara itu lumayan menarik perhatian skubeker yang doyang
ngebut. Seperti Nugroho dari Surabaya. “Jika sudah tahu ukuran payung
klep yang dipakai, kira-kira pakai punya klep apa dan gimana pasangnya?”
tanya pemakai Yamaha Nouvo itu lewat SMS.
Untuk Yamaha Mio yang mau turun di kelas 150 cc pakai piston 57 mm,
bisa menggunakan klep beberapa tingkatan. “Tergantung letak peak power
ada di rpm berapa,” timpal Ibnu Sambodo, begawan 4-tak yang minggu lalu
memberikan rumusnya.
(1) Klep Sonic
Misalnya menyesuaikan dengan klep yang tersedia di pasaran. Sebagai
contoh klep Honda Sonic in 28 mm dan ex 24 mm. Herganya berkisar dari Rp
150 ribu sampai Rp 200 ribu. Namun risikonya harus potong batang klep
lantaran kepanjangan. Kalau tidak repot comot aja merek TK, TDR atau
Daytona khusus untuk Mio.
Klep ukuran 28/24 ini banyak dipakai skubeker. Jika menggunakan rumus
yang diberikan Ibnu minggu lalu, karakter tenaga atau peak power
berkisar di 9.000 rpm. Namun pakai klep ini harus menggeser posisi sudut
klep di kepala silinder.
Untuk itu Chandra dari bengkel bubut Master Tjendana Bandung kasih
panduan. Menurut Chandra, standar Mio klep in kemiringan dari vertikal
31,5 derajat dan klep buang 35,5 derajat. Jika memakai klep Sonic,
kemiringan harus dibikin lebih landai supaya tidak saling bertabrakan.
Dari perhitungan menggunakan rumus sinus dan cosinus, didapat klep
isap kemiringannya harus dibikin 29,1 derajat. “Klep buangnya 33,5
derajat dengan memperhitungkan jarak antar klep 4 mm,” jelas Chandra
langsung dari Jl. Pagarsih, No. 146, Bandung.
Pasang klep lebar. Kemiringan klep harus diatur ulang di tukang bubut
Jarak antar klep bagusnya 3-4 mm supaya mesin adem
(2) Klep EE 31/25,5 mm
Pilihan kedua, jika tenaga mesin mau berada di kisaran 11.000 rpm.
“Bisa pakai klep berlogo EE yang diameter payung klep isap 31 dan buang
25,5 mm,” jelas Mariasan Kocek dari JP Racing di Ciputat, Tangerang.
Jangan lupa jarak antar klep diseting 4 mm dan sudut kemiringan klep
isap 28 derajat dan buang 33 derajat. Karakter klep EE antijeber alias
tidak mengembang meski menggunakan per yang keras dan kem lift tinggi.
Klep ini memang batangnya lebih panjang. Konsekuensinya harus main
potong supaya ukurannya sama dengan punya Mio. Namun kelebihannya
diameter batang klep kecil alias sama dengan punya Yamaha Mio. Sehingga
gesekan lebih ringan.
Meski harus main potong batang, namun harganya lumayan ringan.
Katanya sih pihak JP Racing menjualnya dengan banderol Rp 150 ribu.
(3) Klep GL Pro Platina
Pilihan lain bisa coba klep GL-Pro platina alias tipe lama. Diameter
payung klep in 31,5 mm dan ex 26 mm. Dipastikan cocok untuk mengejar
tenaga di gasingan 11.500 rpm. Harganya lumayan bersahabat. Seperti
buatan Indoparts yang dilego kisaran Rp 70 ribu.
Untuk pemasangan klep ini Chandra yang spesialis ubah klep itu kasih
bocoran. “Kemiringan klep isap dipasang 27,5 derajat, sedang kemiringan
klep buang 32,5 derajat, kondisi ini jarak antar klep biar aman 5 mm,”
jelas Chandra.
Namun menggunakan klep GL-Pro meski murah ada konsekuensinya. Batang
harus dipotong lantaran kepanjangan. Juga diameter batang klep lumayan
gede, yaitu 5,5 mm. Bandingkan punya Mio asli hanya 5 mm.
Jarak Antar Klep
Jarak antar klep memang tergantung dari kem. Terutama overlap dan
lift. “Namun jangan kelewat jauh mematok jarak antar katup isap dan
buang. Bagusnya sih 3 sampai 4 mm,” jelas Jesi Lingga Siwanto dari JP
Racing.
Dari analisis Jesi, jika jarak antar klep 5 mm atau lebih akan
berakibat mesin panas. Biasanya leher knalpot membara. Menandakan
temperatur mesin tinggi.
Namun kalau digunakan untuk keperluan racing, tetap perlu modifikasi
di beberapa bagian. Juga perlu perlakuan khusus. Apalagi klep yang
dipakai asalnya dari motor atau mobil harian. Tujuannya agar didapat
flow atau aliran gas bakar bagus.
Paling awal bisa dilihat pada batang klep yang kepanjangan. Ini
terjadi jika menerapkan klep Honda Sonic atau CS-1, GL-Pro platina dan
merek EE keluaran JP Racing. Untuk itu harus dipotong disesuaikan
panjang klep Mio.
Perlu diketahui, panjang standar klep Mio 65 mm. “Untuk itu, ukuran
panjang klep CS-1, Sonic, GL-Pro dan EE dibikin sepanjang 65 atau 66 mm
juga,” ucap Chandra Sopandi yang tukang bubut Master Tjendana itu.
Untuk memotong, gunakan mesin bubut supaya presisi. Trus diikuti
dengan membuat alur untuk dudukan kuku klep (gbr. 1). Fungsi kuku klep
untuk mengunci klep bareng per katup. “Alur ini posisinya 2,5 mm dari
ujung batang klep,” jelas Chandra yang masih lajang itu.
Dalam membuat alur untuk kuku klep harus dibikin radius. “Lebar alur
dibikin 2 mm dan radius 1 mm. Maka dalam radius hanya tinggal 0,5 mm,”
jelas Chandra yang masih jomblo itu?
Rada repot kalau pakai klep GL-Pro, meski murah harus kerja dua kali.
Pertama, kudu memotong klep yang kepanjangan. Kedua, kudu ngecilin
diameter batang klep. Batang klep yang dikecilin pada ujungnya sejauh 8
mm. Diameter batang klep asalnya 5,5 mm dibikin 5 mm. Selanjutnya
tinggal bikin alur untuk kuku klep. Hasilnya bisa lihat (gbr. 2).
Untuk membentuk batang klep EE, proses kerjanya sama dengan di klep
Sonic. Kan diameter batang klep EE sama dengan punya asli Mio yang 5 mm.
gbr.1
gbr.2
Proses Hardening
Setelah klep dipotong, tentunya wajib kembali dibikin keras.
Tujuannya supaya batang klep tidak jeber dipukul rocker-arm. Untuk itu,
butuh proses hardening. Tekniknya batang klep dipanaskan menggunakan las
asitilen. Jangan menggunakan las karbit karena dikhawatirkan kurang
panas.
Perlu juga diwaspadai saat proses hardening. Jangan kelewat panas
yang berisiko klep jadi patah. Sebaliknya, kalau kurang panas juga bakal
lembek alias masih mudah jeber. Proses pemanasan cukup sampai membara
kira-kira mendekati titik leleh besi.
Gampang kok caranya mengetahui sudah mendekati titik leleh.
Perhatikan warna ketika klep dibakar. Awalnya klep akan merah membara,
kemudian oranye dan begitu mencapai kelir kuning stop pemanasan.
Begitu klep berwana kuning segera celup pada cairan kimia. Cairan
kimia ini campuran dari RBK (Racun Besi Kuning) atau RBM (Racun Besi
Merah) dengan air. Komposisinya 100 cc air dicampur dua sendok makan RBK
atau RBM. Terserah mau pakai RBK atau RBM, menurut Chandra sama saja.
“Untuk mendapatkan RBM atau RBK, bisa cari di toko kimia. Kemasan ½
kg Rp 100 ribu,” jelas Chandra dari Jl. Pagarsih, No. 146, Bandung.
Brother berkacamata itu juga kasih penjelasan. Katanya dalam proses
pemanasan tidak bisa menggunakan campuran RBK plus air. Ada klep yang
cukup pakai oli. Bedanya bisa langsung dites menggunakan magnet.
Magnet ditempelkan pada batang klep. Jika bersifat magnetik, klep
nempel di magnet. Artinya, setelah proses hardening cukup dicelup oli.
Seperti klep Sonic, batang atas nempel dan bawah enggak, maka cukup
dicelup oli.
Jika seperti klep EE dan GL-Pro berlainan. Klep isap bersifat
magnetik, setelah pemanasan dicelup oli doang. Klep buangnya yang non
magnetik alias tidak nempel magnet harus menggunakan cairan RBK dan air.
Informasi lebih komplet seputar proses hardening, bisa konsultasi
langsung sama Chandra. Brother yang sedang mendambakan kekasih ini bisa
ditanya di (022) 70600396.
Radius klep
OTOMOTIFNET – Ibnu Sambodo yang begawan 4-tak masih percaya klep
standar yang asli pabrik. Seperti klep Sonic yang dipakai untuk road
race. Katanya punya material lebih terjamin kekutannya dibanding yang
aftermarket dengan spek yang belum jelas dan tidak tahu buatan mana.
Namun digunakan untuk keperluan balap, klep standar harus
dimodifikasi. Minimal dari bentuknya. Namun jika batangnya dipotong,
tetap harus dihardening atau diperkeras supaya kuat. Seperti ditulis
minggu lalu.
Kali ini Ibnu kasih tahu modifikasi dari ukuran. Pertama ukuran pada
bagian pertemuan antara payung dengan batang klep. “Bagian ini membentuk
radius atau sudut,” jelas Ibnu yang asli wong Jowo itu.
Untuk klep racing biasanya dibuat enteng. Maka pada bagian radius
atau leher ini dibuat tipis. “Tapi kendalanya flow atau aliran gas bakar
rada berkurang karena membentuk lekukan yang tajam,” jelas Ibnu yang
kini mulai tinggal di Jakarta mengurus tim Kawasaki.
Diakui juga oleh pria beken disapa Pakde ini. Katanya membentuk
bagian ini rada susah, tukang bubut juga belum tentu presisi. “Makanya
untuk sementara banyak dilupakan atau dikira-kira dulu,” jelas mekanik
yang berpenampilan sederhana ini.
Untuk keperluan balap, sementara sebagai patokan, Ibnu kasih radius
1/3 dari diameter payung klep. Sebagai contoh klep isap 28 mm, jika
dikalikan 1/3 hasilnya 9,3 mm.
Jika merunut dari buku Four-Stroke Performance Tuning karangan A.
Graham Bell, sedikit berbeda. Untuk ruang bakar hemi chamber dengan klep
miring, besarnya 0,24-0,26 dari diameter payung klep. Andaikan 0,26 x
28 mm hasilnya radius leher klep 7,28 mm.
Menurut Ibnu, ini bukan rumus. Hanya sebagai perbandingan. Apalagi
riset yang dilakukan oleh Graham Bell dilakukan di mobil. Mesin mobil
dan motor berbeda putaran. Untuk motor balap bergasing sampai 14.000
rpm, sedang di mobil hanya separuhnya.
Perlu dipertimbangkan dalam menggunakan perbandingan Ibnu atau
Graham. Radius yang kelewat gede atau kecil ada pengaruh terhadap flow
dan berat klep. Jika lekukan atau radius kecil tidak tajam tapi bagus
untuk flow. Tapi klep jadi berat.
Berbeda jika leher klep dibikin dengan radius besar. Dari sisi bobot
memang enteng, tapi terdapat lekukan yang tajam. Bikin flow jadi
berkurang, untuk itu harus tetap mempertimbangkan dua faktor ini.
Perkecil batang hanya sampai ujung bos klep
Batang Diperkecil
Untuk memperbesar flow, batang klep juga harus dimodifikasi. Terutama
batang klep yang berada di lubang atau port isap dan buang. Batang klep
yang kebesaran lumayan menghambat aliran gas bakar.
Pada klep bebek yang hanya 5 mm, oleh Ibnu Sambodo hanya dibikin 4,5
mm. Bagian ini dari radius klep sampai bagian yang menyentuh tepat
dibibir bos klep. Jangan kelewat dalam yang berakibat sedikitnya kontak
antara batang klep dengan bosnya. Jadinya cepat oblak.
Bahkan menurut Ibnu lagi, sebenarnya bisa saja batang klep dari
radius atau leher sampai bibir bos klep dibikin 4 mm. Namun risikonya
ketahanan jadi berkurang. Tapi aliran gas bakar lebih lancar.
Sudut 45 ketemu sitting klep, sudut 30 untuk flow Sudut 45 Dan 30 Derajat
Kedua sudut di bibir payung klep ini belum lama ditulis oleh MOTOR
Plus tepatnya edisi 507. Fungsinya untuk memperlancar flow gas bakar.
Sekadar mengingatkan, sudut 45 derajat paling bawah dan di atasnya 30
derajat.
Dua sudut ini harus dibentuk menggunakan reface valve. Nantinya sudut
yang 45 derajat akan bersentuhan dengan sitting klep di kepala
silinder. Sedang yang 30 derajat untuk mempermudah aliran gas bakar.
Dibuat Cekung
Untuk memperingan bobot klep, masih ada cara yang bisa ditempuh.
Caranya dengan membuat tipis payung klep. Namun jangan terlalu tipis
yang bisa berakibat klep gampang pecah. Bagian yang bisa dibuang daging
pada tengah payung klep, caranya dibuat cekung.
Payung klep cekung seperti di katup Sonic atau CS-1. Meski cekung
namun tidak terlalu dalam yang berakibat kompresi turun. Tapi, bagian
yang cekung di tengah ini dirasa tidak mengurangi kekuatan klep. Sebab
masih tebal lantaran di belakangnya masih ada batang klep.
Ibnu bilang, bagian paling luar klep memang lebih kuat dibanding
dalam. Untuk itu, ketika mengikis klep jangan terlalu dalam. Katanya
bisa mengurangi kekuatan dari klep itu sendiri