TEMPO Interaktif, Jakarta -Rencana kebijakan pembatasan penggunaan
bahan bakar premium oleh kategori kendaraan tertentu telah menimbulkan
pro dan kontra di tengah masyarakat. Kebijakan yang sedianya
diberlakukan mulai Januari, dan akhirnya ditunda hinga Maret mendatang
membuat gundah sebagian besar konsumen penggunanya.
Maklum, harga bahan bakar non subsidi itu harganya setengah kali
lebih mahal dibanding Premium. Memang, harga Premium yang merupakan
bahan bakar beroktan (Ressearch Octane Number/ RON) 88 itu selama ini
disubdisi oleh negara.
Lantas apa untung-rugi bagi mobil yang mengkonsumsi bahan bakar
beroktan tinggi padahal dia dirancang oleh produsen cukup menggunakan
bahan bakar standar?
“Yang pasti, proses pembakaran makin sempurna dan mesin bersih.
Tetapi, penggunaan bahan bakar itu tidak akan menambah tenaga mesin
misalnya dari 90 daya kuda menjadi 92 daya kuda,” kata Muhamad Fadil,
spesialis modifikasi mesin Victory Auto, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu
(5/1).
Namun, Fadil tak menampik bila penggunaan bahan bakar beroktan tinggi
itu menjadikan akselerasi mobil lebih ringan dan cepat. Ia mencontohkan
bahan bakar beroktan 88, seharusnya bensin itu terdiri dari bahan
Oktana 88 persen dan 12 persen sisanya Heptana. Tetapi kenyataannya
lain, tidak sedikit produsen yang mencampur tingkat Oktana tidak sebesar
88 tetapi hanya 80 – 82. Sedangkan sisanya dicampuri Heptana dan zat
aditif.
“Itulah yang membuat pembakaran tidak sempurna dan menyisakan kerak di mesin,” ujarnya.
Sebaliknya, bila mesin yang memiliki tingkat kompresi tinggi dan
membutuhkan bahan bakar beroktan tinggi namun dipaksa mengonsumsi bahan
bakar beroktan rendah akan menimbulkan kerugian. Selain tidak akan
bertenaga, mesin berisiko rusak. Karena bahan bakar beroktan sering
mengalami gagal bakar atau menghasilkan ledakan prematur. “Sehingga
kepala piston bisa jebol, atau minimal mesin mengelitik dan berkerak,”
kata Fadil.
Karenanya, sebelum menggunakan bahan bakar bensin ada baiknya
memahami bensin yang ada di pasaran. Lantas apa saja jenis bensin
tersebut? Bagaimana karakternya? Apa untung ruginya? Berikut penjelasan
Fadil:
1. Macam bensin dan penamaanya
Secara umum semua jenis bensin di negara mana pun terdiri dari
senyawa hidrocarbon (HC) yang mengandung unsur-unsur karbon (C),
hydrogen (H), oksigen (O) dan Nitrogen (N).
Hidrokarbon itu terdiri dari hidrokarbon tak jenuh atau olefin,
hidrokarbon jenuh atau paraffin, serta senyawa aromatik atau benzene.
Tak lupa produsen mencampurinya dengan zat aditif. Zat inilah yang
digunakan untuk mendongkrak angka RON. “Pencampuran zat aditif yang
tidak sesuai dengan takaran standar akan menimbulkan masalah,” kata
Fadil.
Misalnya, bahan bakar beroktan 88, seharusnya bensin itu terdiri dari
bahan Oktana 88 persen dan 12 persen sisanya Heptana. Tetapi
kenyataannya tingkat Oktana tidak sebesar 88 tetapi hanya 80 – 82,
sisanya dicampuri Heptana dan zat aditif.
“Itulah yang membuat pembakaran tidak sempurna dan menyisakan kerak di mesin,” katanya.
Ada tiga jenis bahan bakar bensin di berbagai negara termasuk Indonesia berdasar angka Oktan (RON).
Ketiganya adalah:
a. Oktan 87 di Amerika dan beberapa negara lain disebut bensin
standar, dan di Indonesia beroktan 88 disebut bensin premium. Bensin
jenis ini cocok untuk mesin dengan rasio kompresi 7:1 – 9:1.
b. Oktan 92 dikenal dengan nama Pertamax (produksi Pertamina), Super
(produksi Shell), dan Primax (produksi Petronas). Bensin jenis ini
disarankan untuk mobil yang memiliki mesin dengan rasio kompresi 9:1 –
10:1
c. Oktan 95 Pertamax Plus (Pertamina), Super Extra (Shell), dan Primax95 (Petronas).
Bahan bakar ini sangat dianjukan bagi mobil yang bermesin dengan rasio kompresi 10:1 – 11:1
Keterangan rasio kompresi mesin mobil biasanya dicantumkan di buku
manual atau buku pentunjuk dari produsen. Sehingga, para pemilik mobil
bisa mengeceknya. Bahkan pada mobil keluaran terbaru, keterangan itu
ditempel di penutup tangki bahan bakar.
Sekadar catatan, Honda Jazz VTEC memiliki rasio kompresi 10,1 : 1,
Jazz i-DSI 10,4 : 1, Mercedes Benz C230 11,2 : 1, Toyota Yaris 10,5 : 1,
Toyota Avanza 11 : 1. Adapun Suzuki Swift 9,5 : 1, Daihatsu Terios 10 :
1, BMW 325i 10,5 : 1, dan Suzuki Karimun 8,8 : 1.
2. Kelebihan Premium, Pertamax, dan Pertamax Plus
a. Premium
Selain tersedia di setiap Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)
pasti tersedia Premium. Harganya pun paling murah dibanding Pertamax dan
Pertamax Plus.
Hanya kekurangannya, kurang cocok untuk mesin yang mensyaratkan bahan
bakar oktan tinggi. Pada kondisi dingin mesin sulit menyala. Tingkat
polutan yang dihasilkan juga tinggi.
b. Pertamax
Bahan bakar ini ditujukan untuk kendaraan yang mensyaratkan
penggunaan bahan bakar beroktan tinggi. Pertamax juga ditambahi zat
aditif yang bersifat sifat detergency.
Zat itu berfungsi untuk membersihkan injektor bahan bakar atau
karburator serta inlet valve, sehingga ruang bakar tetap bersih. Selain
itu, dengan tingkat oktan yang tinggi proses pembakaran lebih sempurna
dan tingkat polutan yang dihasilkan juga kecil.
Namun, harganya lebih mahal.
c. Pertamax Plus
Harganya lebih mahal. Namun dengan komposisi Oktana 95 persen maka
proses pembakaran jauh lebih sempurna. Mesin akan lebih awet dan relatif
sedikit menimbulkan polutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar